[ Tugas Kuliah ] Konsep Teknologi
Informasi | Artikel Aplikasi SPK
Tugas TI POLITALA Konsep Teknologi Informasi
1A
Nama
: Vify Alaisia Melyani
Kelas
: 1A Teknik Informatika
NIM
: 1801301110
Matkul
: Konsep Teknologi Informasi
Semester
: Semester 1
SPK ( Sistem Pengambilan Keputusan)
A.
Pengertian Sistem Pengambilan Keputusan
(SPK)
Sistem
Pendukung Keputusan (SPK) adalah bagian dari sistem informasi
berbasis komputer termasuk sistem berbasis pengetahuan atau manajemen
pengetahuan yang dipakai untuk mendukung pengambilan keputusan dalam suatu
organisasi atau perusahaan. Dapat juga dikatakan sebagai sistem komputer yang
mengolah data menjadi informasi untuk mengambil keputusan
dari masalah semi terstruktur yang spesifik.
Sistem
Pendukung Keputusan (SPK) dapat digambarkan sebagai sistem yang berkemampuan
mendukung analisis adhoc data, pemodelan keputusan, berorientasi keputusan,
orientasi perencanaan masa depan yang digunakan pada saat-saat yang tidak
biasa. Sistem Pendukung Keputusan (SPK) juga merupakan penggabungan
sumber-sumber kecerdasan individu dengan kemampuan komponen untuk memperbaiki
kualitas keputusan dan menjadi sistem informasi berbasis komputer untuk
manajemen pengambilan keputusan yang menangani masalah-masalah semi struktur.
Dengan
pengertian diatas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa Sistem Pendukung
Keputusan (SPK) bukan merupakan alat pengambilan keputusan, melainkan merupakan
sistem yang membantu pengambil keputusan untuk melengkapi informasi dari data
yang telah diolah secara relevan dan diperlukan untuk membuat keputusan
tentang suatu masalah dengan lebih cepat dan akurat. Sehingga sistem
ini tidak dimaksudkan untuk menggantikan pengambilan keputusan dalam proses
pembuatan keputusan.
B. Fungsi Sistem
Pengambilan Keputusan (SPK)
Secara global dapat dikatakan bahwa fungsi dari
Sistem Pendukung Keputusan (SPK) adalah untuk meningkatkan kemampuan para
pengambil keputusan dengan memberikan alternatif-alternatif keputusan yang
lebih banyak atau lebih baik, sehingga dapat membantu untuk merumuskan
masalah dan keadaan yang dihadapi. Dengan demikian Sistem Pendukung Keputusan
(SPK) dapat menghemat waktu, tenaga dan biaya. Jadi dapatlah dikatakan secara
singkat bahwa tujuan Sistem Penunjang Keputusan adalah untuk meningkatkan
efektivitas (do the right things) dan efesiensi (do the things right) dalam
pengambilan keputusan. Walaupun demikian penekanan dari suatu Sistem Penunjang
Keputusan (SPK) adalah pada peningkatan efektivitas dari pengambilan keputusan
dari pada efisiensinya.
C. Artikel Tentang Sistem Pengambil Keputusan
Macam-macam artikel yaitu antara lain :
1.
Artikel Rancang Bangun Sistem Pendukung Keputusan Kelompok untuk Amnesis, Diagnosis dan
Terapi Gangguan Jiwa
Di Indonesia,
kesehatan jiwa menjadi bagian yang sangat diperhatikan oleh pemerintah.
Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi mental yang sejahtera yang memungkinkan
hidup harmonis dan produktif sebagai bagian yang utuh dari kualitas hidup
seseorang, dengan memperhatikan semua segi kehidupan manusia. Sedangkan
gangguan jiwa (mental disorder) adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa yang
menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa,yang menimbulkan penderitaan pada
individu dan atau hambatan dalam melaksanakan peran sosialnya (Menkes, 2002)
Penelitian ini
bertujuan untuk membagun suatu sistem berbasis web yang berfungsi sebagai
linical Group Decision Support System (CGDSS) untuk diagnosis gangguan jiwa
nonpsitotis. Proses diagnosis didasarkan pada basis pengetahuan yang dibentuk
berdasarkan kompromi dari para pengambil keputusan (psikiater atau psikolog
klinis) melalui konsep fuzzy multi attribute decision making(FMADM).
Pada analisis
kebutuhan sistem akan dibahas beberapa kebutuhan dan atau persyaratan terkait
dengan input, proses, output, dan antarmuka sistem yang akan dibangun.
kebutuhan(persyaratan) ini diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan para
psikiater, psikolog (baik klinis maupun non klinis), dan dokter di bidang
farmakologi. Berdasarkan hasil wawancara,kebutuhan Group Support System (GSS),
dan Clinical Decision Support System(CDSS) (Turban, 2005), diperoleh hasil
analisis kebutuhan sistem berikut.
1)
Kebutuhan input
Sistem yang akan
dibangun membutuhkan beberapa data input, antara lain:
a. Data pengguna sistem, seperti: username, password, nama lengkap, jenis
kelamin, pekerjaan, alamat, tempat dan tanggal lahir, nomor telpon atau HP,
alamat email, institusi, alamat institusi.
b. Data gangguan jiwa, seperti: kode gangguan dan nama gangguan.
c. Data gejala gangguan jiwa, seperti: kode gejala dan nama gejala.
d. Data hubungan gejala dan gangguan jiwa.
e. Preferensi dengan format ordered vector, utility vector, selected
subset, atau fuzzy selected
f. subset yang akan digunakan untuk membentuk basis pengetahuan berdasarkan
g. FMADM(Kusumadewi, dkk., 2007).
h.
Data farmakoterapi, seperti: nama golongan
obat, nama generik obat, nama dagang obat, perusahaan yang memproduksi obat,
kemasan, sediaan, dosis, indikasi, efek samping, satuan sediaan, satuan dosis,
hubungan antara jenis gangguan dan golongan obat, hubungan antara kondisi medik
dengan golongan obat.
i.
Data psikoterapi, seperti: jenis
psikoterapi dan hubungan antara jenis gangguan dan jenis
j.
psikoterapi.
k. Data psikososial dan medik umum, seperti: jenis masalah psikososial,
kode medik dan nama medik seperti yang diberikan oleh ICD-10.
l.
Data pendukung inferensi, seperti: metode
inferensi (SAW atau TOPSIS), dan nilai threshold.
m.
Data pasien, seperti: kode pasien, nama
pasien, jenis kelamin, alamat dan pekerjaan.
2).
Kebutuhan proses
Beberapa proses dibutuhkan untuk mengolah data input menjadi output yang berupa :
Beberapa proses dibutuhkan untuk mengolah data input menjadi output yang berupa :
a.
informasi yang diharapkan. Beberapa proses
tersebut antara lain.
b.
Proses manajemen pengetahuan, yang
meliputi: manipulasi data gangguan, gejala, hubungan gejala & gangguan pada
aturan PPDGJ, hubungan gejala & gangguan pada CGDSS, manipulasi data
preferensi, akuisisi pengetahuan, manipulasi data farmakoterapi, manipulasi
data psikoterapi, manipulasi data medik, manipulasi data pekerjaan, dan
manipulasi data PPDGJ III.
c.
Proses manajemen inferensi, yang meliputi:
ubah atribut pengambil keputusan menampilkan statistik preferensi, uji
sensitivitas, mengubah metode inferensi, dan mengubah nilai threshold.
d.
Proses manajemen data pasien, yang
meliputi: input, ubah, hapus dan menampilkan informasi data pasien.
e.
Proses anamnesis, diagnosis dan terapi,
yang meliputi: registrasi pasien, manipulasi data pasien pada aksis I, II, III,
IV dan V, proses farmakoterasi & psikoterapi pasien, cetak hasil anamnesis,
diagnosis & terapi.
f.
Proses manajemen pengguna, yang meliputi:
input, ubah, hapus dan menampilkan informasi data pengguna.
g.
Proses manajemen informasi, yang meliputi:
manajemen data berita, link informasi, forum, dan polling.
h.
Proses manajemen konferensi, yang meliputi:
manajemen agenda konferensi dan konferensi online.
i.
Proses display informasi umum, yang
meliputi: isi & menampilkan buku tamu, pendaftaran.
j.
Proses login untuk masuk ke sistem sesuai
dengan level aksesnya.
3) Kebutuhan output
Output yang diharapkan berupa informasi terkait beberapa hal, antara lain:
Output yang diharapkan berupa informasi terkait beberapa hal, antara lain:
a.
Informasi jenis gangguan.
b.
Informasi gejala gangguan jiwa.
c.
Informasi aturan menggunakan PPDGJ III.
d.
Informasi kondisi dalam aturan CGDSS.
e.
Informasi preferensi dengan format ordered vector, utility
vector, selected subset, dan fuzzy selected subset .
f.
Informasi farmakoterapi.
g.
Informasi psikoterapi.
h.
Informasi hasil anamnesis terhadap pasien.
i.
informasi hasil diagnosis terhadap pasien .
j.
Informasi hasil terapi terhadap pasien.
k.
Laporan rekam medik yang berisi hasil anamnesis, diagnosis,
dan terapi
4) Kebutuhan perangkat lunak dan perangkat keras
Sistem yang akan dibangun dapat bekerja dengan
optimal apabila dioperasikan dengan menggunakan perangkat keras dan perangkat
lunak dengan spesifikasi minimal berikut.
a) Perangkat lunak (software), untuk server:
a) Perangkat lunak (software), untuk server:
a.
Sistem Operasi Linux atau UNIX.
b.
Apache web server (minimal versi 2.0.53.0).
c.
Bahasa pemrograman web, PHP (minimal versi
5.0.4.4).
d.
Administrator basisdata, phpMyAdmin
(minimal versi 2.6.1).
e.
Basisdata, MySQL
b) Perangkat lunak
(software), untuk workstation:
a.
Sistem Operasi Windows X (Windows XP,
Vista, dll), Linux.
b.
Web browser, seperti: internet explorer
(tampilan terbaik minimal versi 6) atau Mozila Firefox.
c) Perangkat keras
(hardware), untuk server:
a.
Seperangkat komputer server.
b.
Jaringan internet.
c.
GSM modem
d.
Sarana komunikasi data antara GSM modem dan
komputer.
d) Perangkat keras
(hardware), untuk workstation:
a.
Seperangkat komputer dengan spesifikasi:
prosesor pentium IV, RAM 512 MB, hardisk dengan sisa memori 250 MB.
b.
Jaringan internet.
5) Kebutuhan antarmuka
Sistem dibangun berbasis web, dengan 2 model antarmuka yang digunakan yaitu model dialog dan model pengisian formulir. Model menu berbentuk pohon hirarki yang bertujuan untuk menyeleksi sejumlah pilihan dari setiap menu yang jumlahnya relatif sedikit (Downtown, 1992: 82). Model pengisian formulir bertujuan untuk mengisi data-data (yang biasanya akan disimpan dalam basisdata) melalui formulir yang tervisualisasi (Downtown, 1992: 87). Kedua model ini dipilih dengan alasan bahwa:
Sistem dibangun berbasis web, dengan 2 model antarmuka yang digunakan yaitu model dialog dan model pengisian formulir. Model menu berbentuk pohon hirarki yang bertujuan untuk menyeleksi sejumlah pilihan dari setiap menu yang jumlahnya relatif sedikit (Downtown, 1992: 82). Model pengisian formulir bertujuan untuk mengisi data-data (yang biasanya akan disimpan dalam basisdata) melalui formulir yang tervisualisasi (Downtown, 1992: 87). Kedua model ini dipilih dengan alasan bahwa:
- Kedua model relatif mudah digunakan dan sudah familiar dengan para pengguna.
- Model menu digunakan, karena pada sistem yang dibuat terdiri-dari sejumlah proses yang masing-masing memiliki cukup banyak subproses.
- Model pengisian formulir digunakan, karena sistem yang dibangun terdiri-dari beberapa proses yang membutuhkan input data dari pengguna. Pada model pengisian formulir, beberapa objek digunakan baik sebagai media pengisian seperti textbox dan objek untuk pilihan seperti checkbox, radiobutton, atau combobox.
6) Perancangan sistem
Pada proses
perancangan, diawali dengan membuat diagram konteks sistem. Kemudian
dilanjutkan dengan membuat Diagram Arus Data (DAD). Untuk setiap proses yang
terdapat pada suatu DAD akan diderinci lagi ke bentuk DAD level berikutnya
apabila diperlukan. Semua pengambil keputusan dapat berpartisipasi dalam:
- Melakukan manipulasi (input, ubah, hapus) data gangguan maupun gejala.
- Membentuk kondisi (anteseden) kejiwaan yang berisi kumpulan gejala.
- Memberikan preferensi terhadap kondisi tersebut.
- Melakukan akuisisi pengetahuan.
- Membentuk aturan terkait penetapan farmakoterapi dan psikoterapi
7) Perancangan Basis Data
Sistem basisdata
yang dibangun terdiri-atas 47 tabel, antara lain: tabel Login, Gangguan,
Gejala, Gangguan_Umum, GejalaGangguan, Konsekuen_PPDGJ, Standar, Anteseden,
P_Ordered, P_Utility, P_SelectedSubset, P_FuzzySelectedSubset, Matriks, MADM,
KlasObat, GolObat, Generik, BrandObat, PerusahaanObat, Kemasan, Satuan,
HubObat, AturanObat, Psikoterapi, HubTerapi, Pasien, Periksa, Diagnosis, Medik,
Psikososial, GangguanPasien, MedikPasien, PsikososialPasien, ObatPasien,
TerapiPasien, GolForum, Forum, KomentarForum, Polling, JawabPolling,
Konferensi, Informasi, Berita, PPDGJ3, Pekerjaan, Kota, dan BukuTamu
Hasil dari sistem
8) Pengujian
Pengujian dilakukan
dalam 2 bentuk. Pertama, pengujian terhadap validitas sistem (disebut: CGDSS)
apabila dibandingkan dengan gold standard (PPDGJ III). Kedua, pengujian
terhadap kinerja sistem berdasarkan evaluasi yang diberikan oleh para pengguna
(psikiater, psikolog, atau pengguna lain yang berkepentingan).
Proses pengujian
validitas CGDSS terhadap PPDGJ III dilakukan pada ke-30 gangguan yang menjadi
sample dalam penelitian. Proses pengujian dilakukan dengan cara memberikan
beberapa gejala yang relevan dengan jenis gangguan tertentu sesuai dengan
kriteria diagnosis PPDGJ III seperti yang telah dibahas pada Bab III.
Selanjutnya sistem akan mendiagnosis gejala-gejala tersebut untuk mendapatkan
jenis gangguan jiwa yang direkomendasikan. Sebagai contoh diberikan
gejala-gejala seperti terlihat pada Tabel 1. Berdasarkan PPDGJ III jenis gangguan
yang relevan dengan kondisi tersebut adalah episode depresif (F32.0).
Tabel Gejala-gejala
pada pengujian-1.
menunjukkan
sebanyak 280 hasil diagnosis dengan CGDSS sesuai dengan gold standard (PPDGJ
III) dan 21 hasis diagnosis dengan CGDSS tidak sesuai dengan PPDGJ III.
Sehingga dapat dikatakan bahwa 93% hasil diagnosis sesuai dengan gold standard.
Pengujian sistem
juga dilakukan dengan cara memberi kesempatan kepada para pengguna (psikiater,
psikolog, dan dokter di bidang farmakologi) untuk mengevaluasi kinerja sistem.
Evaluasi dilakukan pada setiap sub sistem (manajemen pengetahuan, inferensi,
terapi, informasi, pengguna, dan konferensi). Penilaian dilakukan dengan skor 1
= sangat buruk, 2 = buruk, 3 = cukup, 4 = baik, dan 5 = sangat baik. Hasil
evaluasi untuk setiap sub sistem terlihat pada Tabel 2. Nilai rata-rata untuk
semua sub sistem adalah 4,321. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa para pengguna memberikan nilai BAIK untuk CGDSS yang telah dibangun.
Tabel 2. Hasil
pengujian setiab subsistem
2. Artikel Mengenai
Sistem Penunjang Keputusan dalam
MANAJEMEN SISTEM INFORMASI RS
MANAJEMEN SISTEM INFORMASI RS
1). Penggunaan Sistem Informasi Manajemen
Keperawatan (SIMK)
Sistem informasi manajemen keperawatan (SIMK) merupakan paket
perangkat lunak yang dikembangkan secara khusus untuk divisi pelayanan
keperawatan. Paket perangkat lunak ini mempunyai program-program atau
modul-modul yang dapat membentuk berbagai fungsi manajemen keperawatan.
Kebanyakan SIMK mempunyai modul-modul untuk :
1. Mengklasifikasikan pasien
2. Pambentukan saraf
3. Penjadwalan
4. Catatan personal
5. Laporan bertahap
6. Pengembangan anggaran
7. Alokasi sumber dan pengendalian biaya
8. Analisa kelompok diagnosa yang berhubungan
9. Pengendalian mutu
10. Catatan pengembangan staf
11. Model dan simulasi untuk pengembilan keputusan
12. Rencana strategi
13. Rencana permintaan jangka pendek dan rencana kerja
14. Evolusi program
1. Mengklasifikasikan pasien
2. Pambentukan saraf
3. Penjadwalan
4. Catatan personal
5. Laporan bertahap
6. Pengembangan anggaran
7. Alokasi sumber dan pengendalian biaya
8. Analisa kelompok diagnosa yang berhubungan
9. Pengendalian mutu
10. Catatan pengembangan staf
11. Model dan simulasi untuk pengembilan keputusan
12. Rencana strategi
13. Rencana permintaan jangka pendek dan rencana kerja
14. Evolusi program
Modul
SIMK untuk klasifikasi pasien, pengaturan staf, catatan personal, dan laporan
bertahap sering berhubungan. Pasien diklasifikasikan menurut kriterianya.
Informasi klasifikasi pasien dihitung berdasarkan formula beban kerja. Juga
susunan pegawai yang dibutuhkan dan susunan pegawai yang sebenarnya dapat
dibuat.
SIMK
dan komputer dapat membuat perawatan pasien lebih efektif dan ekonomis.
Perawat-perawat klinis menggunakannya untuk mengatur perawatan pasien, termasuk
di dalamnya sejarah pasien, rencana perawatan, pemantauan psikologis dan tidak
langsung, catatan kemajuan perawatan dan peta kemajuan. Hal ini dapat dilakukan
di semua kantor/ruang perawat.
Perawat-perawat klinis dapat menggunakan SIMK untuk mengganti sistem manual pada pencatatan data. Hal ini dapat mengurangi biaya sekaligus memungkinkan peningkatan kualitas dari perawatan. Dengan sistem informasi usia, manajer perawat dapat merencanakan karier untuk mereka sendiri dan perawat klinis mereka. Karier baru di SIMK mungkin satu jawaban untuk perawat.
Perawat-perawat klinis dapat menggunakan SIMK untuk mengganti sistem manual pada pencatatan data. Hal ini dapat mengurangi biaya sekaligus memungkinkan peningkatan kualitas dari perawatan. Dengan sistem informasi usia, manajer perawat dapat merencanakan karier untuk mereka sendiri dan perawat klinis mereka. Karier baru di SIMK mungkin satu jawaban untuk perawat.
2) Manajemen Asuhan Keperawatan yang menggunakan
Model dalam Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan
1) Metode Kasus
2) Metode Fungsional
3) Metode Perawatan Tim
4) Metode Perawatan Primer
5) Metode Keperawatan Modular
6) Metode Manajemen Kasus
1) Metode Kasus
2) Metode Fungsional
3) Metode Perawatan Tim
4) Metode Perawatan Primer
5) Metode Keperawatan Modular
6) Metode Manajemen Kasus
3) Issue-issue dalam Manajemen Asuhan Keperawatan
Ada banyak issue-issue yang berkembang dalam manajemen asuhan keperawatan dimasa yang akan datang, beberapa diantaranya adalah :
1) Robotik
Ada banyak issue-issue yang berkembang dalam manajemen asuhan keperawatan dimasa yang akan datang, beberapa diantaranya adalah :
1) Robotik
Robot akan membantu perawat dalam
menjelaskan beberapa tugas. Hal yang paling praktis dengan menggunakan robot
yaitu penggunaan kartu elektronik, dimana digunakan untuk penyimpanan dan
transpor obat-obatan, kain-kain dan persediaan-persediaan lain. Contoh lain yaitu
tangan robot yang dapat digunakan untuk mengangkat yang berat. Kemungkinan
aplikasi dimasa yang akan datang termasuk prosedur-prosedur yang tidak dapat
untuk dibentuk seperti mata, otak, atau perbedaan tulang belakang atau prosedur
dimana kontak secara langsung merupakan kontra indikasi untuk bahaya kesehatan.
Seperti seorang pasien dengan tidak ada sistem kekebalan.
2) Komunikasi Suara
Komunikasi suara akan membantu perawat untuk berbicara dengan
komputer mereka. Keyboard dan pembaca bar code tidak akan dibutuhkan untuk
memasukkan atau mendapatkan kembali informasi komputer akan diminta untuk
menampilkan informasi atau untuk mencatatnya dengan perintah suara.
3) Sistem Ahli dan Inteligensia Buatan
Kecenderungan masa depan lainnya adalah sistem ahli dan
inteligensia buatan. Manajer perawat mempunyai akses ke kuantitas informasi
yang besar yang memungkinkan mebantu mereka dalam membuat keputusan setiap
hari. Dengan sistem ahli, manajer perawat dapat mengidentifikasi situasi
manajemen, kriteria pendefinisian masalah, dan tujuan dari penanganan situasi.
Manajer perawat kemudian mengevaluasi alternatif dan membuat keputusan.
Sistem ahli membuat kode pengetahuan yang
relevan dan pengalaman dari ahli-ahli dan untuk memungkinkannya ada pada orang
yang kurang berpengetahuan dan kurang berpengalaman. Suatu contoh dimana
diperlukannya pengetahuan dan pengalaman total dari spesialis perawat klinis
dibidang keperawatan ilmu neurologi, hal ini kemudian dikodekan dalam program
komputer, dan dimungkinkannya ada untuk perawat melaksanakan klinis di area
ilmu neurologi. Mereka akan mengkonsultasikannya untuk memecahkan masalah
asuhan keperawatan.
3. PENGGUNAAN METODE TOPSIS
Abstrak.
Permasalahan
pengambilan keputusan merupakan proses pencarian opsi terbaik dari seluruh
alternative fisibel. Multiple criteria decision making merupakan bagian dari
problem pengambilan keputusan yang relatif kompleks, yang mengikutsertakan
beberapa orang pengambil keputusan, dengan sejumlah berhingga kriteria yang
beragam yang harus dipertimbangkan, dan masing-masing kriteria itu memiliki
nilai bobot tertentu, dengan tujuan untuk mendapatkan solusi optimal atas suatu
permasalahan. Salah satu metode yang digunakan untuk menangani permasalahan
ini, adalah Technique for Order Performance by Similarity to Ideal Solution
(TOPSIS). Konsep fundamental dari metode ini adalah penentukan jarak Euclide
terpendek dari solusi ideal positif dan jarak Euclide terjauh dari solusi ideal
negatif. Di akhir makalah akan dilakukan studi kasus, yang dapat memperjelas
penggunaan metode TOPSIS pada permasalahan multiple criteria decision making.
Kata kunci : pengambilan keputusan, multiple criteria decision making, TOPSIS,
solusi ideal positif, solusi ideal negatif
1). Pendahuluan
Dalam kehidupan nyata terdapat
bermacam-macam jenis keputusan. Ada keputusan yang mudah diambil, dan sudah
tentu ada juga keputusan yang baru dapat diambil setelah dipertimbangkan segala
macam aspek secara cermat. Ada keputusan yang hasilnya hanya membawa konsekuensi
bagi fihak yang mengambil keputusan tersebut, ada juga keputusan yang
menyangkut nasib orang banyak, seperti keputusan dalam bidang politik ekonomi
yang diambil pemerintah suatu negara. Manusia
senantiasa dihadapkan pada kewajiban untuk pada waktu-waktu tertentu mengambil
keputusan. Misalnya keputusan untuk bersekolah, keputusan untuk bekerja,
keputusan untuk berlibur, keputusan untuk membeli barang-barang, keputusan
untuk memilih pasangan hidup. Dalam
kenyataan bisa dilihat bahwa tidak semua keputusan yang diambil senantiasa
membawa hasil seperti yang diinginkan. Berhasil dan tidaknya suatu keputusan
tergantung dari berbagai faktor. Semakin banyak faktor yang harus
dipertimbangkan, semakin relatif sulit juga untuk mengambil keputusan terhadap
suatu permasalahan. Apalagi jika upaya pengambilan keputusan dari suatu
permasalahan tertentu, selain mempertimbangkan berbagai faktor/kriteria yang
beragam, juga melibatkan beberapa orang pengambil keputusan (expert).
Permasalahan yang demikian dikenal dengan permasalahan multiple criteria
decision making. Pada makalah ini akan dicoba dibahas metode TOPSIS, sebagai
suatu upaya untuk menyelesaikan permasalahan multiple criteria decision making.
2. Pengambilan Keputusan
Sebelum mulai
dengan mengemukakan definisi pengambilan keputusan, kiranya perlu disampaikan
lebih dulu tentang apa pengertian keputusan itu. Menurut Ibnu Syam, keputusan
sesungguhnya merupakan hasil pemikiran yang berupa pemilihan satu diantara
beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang
dihadapinya.
Ada beberapa
definisi tentang pengambilan keputusan (decision making), satu diantaranya,
menurut Terry, pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku dari
dua alternatif atau lebih. Dapat pula dikatakan bahwa pengambilan keputusan
adalah tindakan pimpinan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam
organisasi yang dipimpinnya dengan melalui pemilihan satu di antara
alternatif-alternatif yang dimungkinkan. Memang pada hakikatnya pembuatan
keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat alternatif
yang dihadapi, dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan
tindakan yang paling tepat .
Pengambialan
keputusan dimaksudkan untuk memecahkan masalah. Kerap kali masalah pengambilan
keputusan merupakan satu segi saja, tetapi ada kemungkinan dapat saja terjadi
masalah yang pemecahannya menghendaki dua hal kontradiksi terpecahkan.
Kesimpulan yang
diperoleh mengenai pengambilan keputusan adalah : tujuan pengambilan keputusan
itu bersifat tunggal, dalam arti bahwa sekali diputuskan, tidak ada kaitannya
dengan masalah lain. Kemungkinan kedua adalah tujuan pengambilan keputusan
dapat juga bersifat ganda (multiple objectives) dalam arti bahwa satu keputusan
yang diambilnya itu sekaligus memecahkan dua masalah (atau lebih) yang sifatnya
kontradiktif ataupun yang tidak kontradiktif. Terry,
mengemukakan bahwa dasar pengambilan keputusan adalah dengan menggunakan :
intuisi, fakta, pengalaman, wewenang, sedangkan metode pengambilan keputusan
adalah : operations research, linear programming, gaming, probability, ranking
and statistical weighting.
3. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Fakta
3. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Fakta
Ada yang
berpendapat bahwa sebaiknya pengambilan keputusan itu didukung oleh sejumlah
fakta yang memadai. Pendapat semacam ini banyak juga yang mendukungnya.
Sebenarnya istilah fakta di sini perlu dikaitkan dengan istilah data dan
informasi. Kumpulan fakta yang telah dikelompokan secara sistematis dinamakan
data. Sedangkan data itu merupakan bahan mentahnya informasi. Dengan demikian
maka data harus diolah lebih dulu menjadi informasi, kemudian informasi inilah
yang dijadikan dasar pengambilan keputusan.
Keputusan yang
berdasarkan sejumlah fakta, data atau informasi yang memadai dikatakan sebagai
keputusan yang sehat, solid, dan baik. Namun untuk mendapatkan informasi yang
memadai, terkadang sulit. Informasi yang terpercaya itu datanya lebih dulu
harus diolah dengan cermat. Pengambilan keputusan dapat
dilakukan secara individual dan juga dapat dilakukan oleh sekelompok orang. Keputusan
individual dibuat oleh seorang pengambil keputusan secara sendirian, sedangkan
keputusan kelompok dibuat oleh sekelompok orang, yang biasanya merupakan satu
tim atau panitia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar